Seni Pertunjukan Teater Topeng Ghulur Berjudul “MEDITASI GHULUR”

Kesenian unik khas Madura.

Attabik Ahmad
4 min readAug 11, 2023

Sebuah kesenian tradisional dipertunjukan dalam Borobudur Writers & Cultural Festival 2021 (BWCF) yang diselenggarakan pada 18 November 2021. Seni pertunjukan ini bernama “Teater Topeng Ghulur”. Pertunjukan ini disutradarai oleh Anwari, seorang sutradara seni yang sudah beberapa kali melakukan pentas di festival seni bergengsi lain. Anwari adalah pelaku seni yang berasal dari Pulau Madura. Menurut sang sutradara, kesenian ini adalah sebagai upaya menghidupkan kembali ritual zaman dahulu yang diadakan ketika masa panen di Desa Mantajun, sebuah desa yang berada di daerah Sumenep, Provinsi Madura. Berangkat dari hal itu, sang sutradara bersama para pemuda desa mempelopori Gendam (Gerakan Anak Muda Mantajun). Sebuah gerakan untuk menghidupkan kembali ritual ke dalam bentuk seni pertunjukkan Topeng Ghulur ini, tentunya dengan menambah beberapa perubahan atau memasukkan unsur baru ke dalam karya seni tersebut. Unsur yang menjadi ciri khas kesenian ini adalah menggulungkan diri di atas tanah sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan yang telah melimpahkan rezeki berupa panen. Unsur properti lain berupa topeng yang dipakai para penari dan alat musik gamelan sebagai musik pengiring.

Mengutip pernyataan sang sutradara, Anwari, ia berkata bahwa seni pertunjukan ini menggabungkan unsur sinematik, musik dan potensi anak-anak muda dari Desa Mantajun. Dilihat dari segi unsur dan struktur penyajiannya, dijelaskan sebagai berikut. Layaknya sebuah film, kesenian teater ini menggunakan lokasi nyata sebagai tempat ‘ritual’ atau panggungnya. Pertunjukannya dibagi menjadi beberapa adegan dengan lokasi yang berbeda pula. Namun unsur yang selalu hadir dalam frame adalah seorang penari yang mengenakan topeng ghulur. Satu adegan dimana sang penari melakukan tarian utama berupa bergulung-gulung di tanah. Di adegan lain, gerakan tarinya lebih variatif dengan menggunakan koreografi yang berbeda. Musik gamelan selalu mengiringi jalannya adegan. Para talent atau pemain gamelan juga masuk di dalam set adegan atau frame sambil memainkan alat musik gamelan. Alat-alat musik yang dipakai selalu sama dari adegan awal hingga adegan akhir. Alat-alat musiknya yaitu terdiri dari gendang, kempul, saron babok, bonang babok dan kentongan. Dalam beberapa adegan, iringan musik terdengar sama dalam beberapa adegan. Pertunjukan diakhiri oleh para penari dengan berbaring di tanah. Lalu para audiens yang menyaksikan saling berebut buah kelapa di atas daun pisang yang tertata di pinggir panggung teater. Film ditutup dengan credit title para kru dan pemain.

Seni pertunjukan Topeng Ghulur ini memiliki beberapa hal yang menjadi ciri khasnya. Pertama, pertunjukan teater ini merupakan rekonstruksi dari sebuah ritual ungkapan syukur masyarakat setempat pada masa panen. Gerakan tariannya yang kebanyakan adalah menggulung-gulung diri atau posisi duduk di atas tanah adalah bentuk mendekatkan diri kepada alam atau bumi sebagai ciptaan Tuhan. Sang sutradara, Anwari, memadukan gerakan-gerakan dalam ritual Topeng Ghulur dengan pertunjukan teater yang telah ia tekuni selama bertahun-tahun. Kedua, lanskap yang digunakan dalam pertunjukan. Latar tempat yang dipakai dalam pertunjukan antara lain penambangan batu putih, pantai Badur dan di dalam pedesaan. Tempat-tempat yang digunakan sebagai latar ini menunjukkan kondisi lanskap Madura sebagai asal budaya Ghulue dan upaya mendekatkan para penari dengan alam mereka selama ritual. Ketiga, aluran musik tradisional berupa gamelan. Nada, irama, melodi dan harmoni yang digunakan menghasilkan musik yang identik dalam setiap adegannya. Pada bagian chorus, alunan gendangnya bertempo cepat. Sementara, alat musik lainnya mengalun dengan konsisten dan halus. Tarian memakai topeng, teater yang menyerupai film, lokasi yang mewakili alam Madura dan aluran musik gamelan yang unik menjadi ciri khas kesenian “Meditasi Ghulur” ini.

Seperti yang dikatakan Anwari, unsur musik, sinematik dan potensi para pemainnya menjadi satu kesatuan yang berkesinambungan seperti sebuah film. Dengan kata lain, kesenian ini sudah memenuhi aspek-aspek dalam sebuah film dan program televisi. Beberapa aspek menarik dalam kesenian Teater Ghulur dapat menjadi referensi untuk diangkat dalam film atau program televisi. Salah satu contoh dan hal paling menarik adalah ritual Ghulur itu sendiri. Mengangkat ritual Topeng Ghulur ke dalam film dapat memberi dampak positif bagi keberlangsungan budaya asal Madura ini. Dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak penduduk asli Madura yang lebih memilih perantauan ketimbang meneruskan kesenian tradisional daerahnya. Dengan begitu, perlu adanya pemberian kesadaran bagi para pemuda dari Sumenep betapa pentingnya menjaga seni tradisional mereka.

Sebenarnya ada beberapa pilihan dalam mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan unsur budaya lokal Indonesia dengan gaya yang modern, sebuah karya yang diaplikasikan lewat Televisi Kreatif berupa Video Klip, Iklan Layanan Masyarakat dan iklan produk diharapkan dapat membantu menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa pentingnya mempertahankan budaya Timur khususnya Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya. (Rembulan & Panindias:2015).

Tidak hanya Teater Topeng Ghulur menjadi terangkat kembali, namun dengan menggunakan latar tempat yang ada di Madura, juga dapat mengangkat nilai daerah tersebut di mata pariwisata. Visualisasi lanskap atau latar tempat daerah Madura dan kehidupan pedesaan di wilayah Kabupaten Sumenep, serta pengangkatan Teater Ghulur ke dalam film atau program televisi dapat menjadi acuan dan wawasan baru.

Daftar Pustaka

Rembulan, D. B. & Panindias, A. N. (2015). Konsep Penyutradaraan Televisi Kreatif Melalui Pendekatan Unsur Lokal Nusantara. CAPTURE Jurnal Seni Media Rekam, Volume 7 №1 Desember 2015. https://doi.org/10.33153/capture.v7i1.1561

--

--

Attabik Ahmad
Attabik Ahmad

Written by Attabik Ahmad

Sering bingung mau nulis apa. Semoga tulisannya gak bikin bingung.

No responses yet