Prinsip Estetika Nusantara
Apa itu Estetika Nusantara dan bagaimana bila diterapkan pada medium film? Di sini saya hendak membahas pertanyaan tersebut dalam pengamatan dan penjelasan singkat.
Prinsip utama Estetika Nusantara yaitu kearifan atau keindahan tertinggi adalah tentang Tuhan. Estetika Nusantara (Estenus) dalam pencerminannya berkaitan dengan mikro dan makro kosmos. Artinya memahami alam dan menyatu dengan semesta. Dalam Estenus, seni akan selalu menggunakan simbol ekspresif kultural. Sedangkan dalam perwujudannya, berhubungan dengan mikro dan makro kosmos. Di Estetika Nusantara pula, para pengkaji harus bisa menafsirkan ketika seniman berkarya karena karya dengan seni ekspresi masyarakat. Seniman terikat oleh lingkungan dimana dia hidup dan alam semesta. Sehingga dalam berkarya seniman harus menangkap sugesti alam. Pada dasarnya berkarya adalah pengabdian kepada Tuhannya sesuai agama/budayanya. Pada Estetika Nusantara, seni adalah tontonan yang mengandung ajaran/tuntunan atau seni adalah tuntunan dan tontonan. Bentuk kesenian nusantara didefinisikan sebagai sesuatu yang indah. Selain itu, kesenian nusantara memiliki beberapa motif/aspek utama: ajaran, nilai, falsafah, tuntunan. Dalam Estenus, praktiknya adalah apresiasi. Kita harus mempelajari apresiasi, yaitu bagaimana mengamati sebuah karya.
Estetika Nusantara memiliki sebuah konsep bernama Konsep Triloka (konsep 3 jagat/dunia). Di antaranya adalah: 1. Jagat Bawah; 2. Jagat Tengah; 3. Jagat Atas. Berikut ini adalah contoh penerapan konsep Triloka. Yaitu gunungan dalam pertunjukan wayang kulit. Gunungan Gapuran dibagi menjadi 3 bagian sama seperti konsep 3 jagat. Jagat bawah adalah penggambaran dunia tempat manusia hidup. Gambar rumah di gunungan mencerminkan 4 nafsu manusia. Nafsu amarah, serakah, birahi dan nafsu baik. Jagat tengah digambarkan dalam bentuk pohon bercabang tujuh. Menggambarkan ujian yang harus dihadapi manusia untuk mencapai niskala (surga/neraka). Jagat atas adalah niskala, yaitu penggambaran surga dengan neraka. Konsep yang sama juga terdapat dalam kisah perjalanan Bima mencari air suci di tengah samudera. Dalam kisah ini diceritakan Drona, guru Bima memerintahkan anak didiknya itu untuk mencari air suci bernama Tita Perwita (jagat bawah). Dalam perjalanannya, Bima harus menghadapi berbagai rintangan dari dalam dirinya dan dari luar (musuh). sebelum mencapai tujuan akhir (jagat tengah). Akhirnya, Bima berhasil mencapai puncak tertinggi yaitu bertemu dengan Dewa Ruci (jagat atas).Contoh kesenian lain yang mengandung prinsip Estetika Nusantara adalah motif batik Sidomukti, tari srimpi dan rumah adat Jawa.
Penerapan Estetika Nusantara dapat menjadi cara untuk menunjukkan bentuk keindahan tertinggi yang di dalamnya memiliki nilai ajaran yang mendalam. Ada beberapa gagasan cara mengambil atau menggunakan unsur Estetika Nusantara dalam film. Berikut adalah contoh-contoh yang disajikan. Jika ingin menciptakan cerita film yang berkaitan dengan penerapan Estetika Nusantara, jalan paling sederhana adalah dengan mengambil inspirasi atau bahkan mengadaptasi langsung dari kebudayaan seperti Tari Srimpi, cerita Bima bertemu Dewa Ruci dan kisah pewayangan lain. Cara lain adalah menciptakan konsep cerita yang berfokus pada prinsip utama Estetika Nusantara: kearifan/keindahan tertinggi adalah tentang Tuhan, dapat mewujudkan sugesti alam dan menyatu dengan alam semesta. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan memerhatikan detail pada set latar adegan film. Filsafat yang tersembunyi pada simbol set, properti latar belakang serta properti tangan dapat menjadi daya tarik penonton yang terobsesi dengan detail tersembunyi dalam film. Gagasan terakhir adalah dengan memasukkan inti filsafat Estetika Nusantara ke dunia dalam film atau kepribadian karakter dalam film itu.