Apresiasi Pementasan Wayang Lakon “Kacelik Ing Pamelik” Dalang M. Yogi Firmansyah
Apresiasi Pementasan Wayang Lakon Kacelik Ing Pamelik Dalang M. Yogi Firmansyah
Dalang M. Yogi Firmansyah dari Prodi Seni Pedalangan ISI Surakarta mementaskan wayang purwa dengan lakon/cerita berjudul “Kacelik ing Pamelik”. Tanggal pementasan dilaksanakan pada hari Kamis, 4 November 2021 pukul 19.00 WIB dalam rangkaian acara Hari Wayang Dunia VII di ISI Surakarta.
Pertama kita diperlihatkan perdebatan antara Prabu Drupada raja Kerajaan Pancala dengan ayahnya. Dijelaskan bahwa Drupada berniat mengirim pasukan di bawah pimpinan Raden Gandamana/Gondomono menuju Sukalima. Ayahnya melarang tindakan putranya, namun Drupada tidak mendengaar nasihat ayahnya. Penyebab pengiriman pasukan adalah Durna dianggap telah “menantang” negara Pancalar untuk berperang. Pasukan di bawah Gandamana pun berangkat menuju Sukalima/Sukolimo, daerah tempat Durna tinggal. Ksatria bersaudara dari Sukalima yang merupakan murid Durna bernama Garudogambirojo dan Surodento ingin menghadang Gandamana dan bertarung dengannya. Perang pun berkumandang. Pertama, terjadi duel antara abdi dengan seorang patih pasukan Pancala. Lalu Gandamana bertarung melawan Garudogambirojo dan Surodenta secara bergantian. Kakak beradik itu bukan tandingan Gandamana, mereka pun kalah.
Di tempat lain, Bambang Aswatama menghadap ayahnya, Durna. Aswatama melaporkan kedatangan Gondomono kepada ayahnya. Kemudian Surodento dan Garudogambirojo lapor kepada Aswatama. Dua bersaudara itu dinasihati oleh Aswatama. Namun Aswatama tiba-tiba diserang oleh seorang patih Pancala dan terjadilah pertarungan. Sang patih kalah, Gandamana datang menolongnya dan langsung menghadapi Aswatama. Lagi-lagi, kekuatan Gandamana terlalu kuat untuk Aswatama. Durna pun datang menolong Aswatama. Pada akhirnya Durna berhadapan dengan Raden Gandamana. Durna menembakkan anak panahnya ke arah Gandamana. Gandamana tersungkur lemah di tanah tak sadarkan diri. Seorang patih melaporkan kekalahan Gandamana kepada Prabu Drupada. Sang kakak Gandamana, Putri Gandawati pun sangat terpukul dan sedih. Ketika Durna kembali dari Pancala, ia melihat Garudogambirojo dan Surodento berlari ketakukan setelah melihat dirinya. Durna menembakkan anak panahnya kepada mereka berdua. Durna pun membawa mereka menghadap Drupada dan Gandamana. Mereka mengaku bersalah karena menyerang Gandamana dan mengaku telah mengobarkan perang terhadap Pancala dan menyebabkan kesalahpahaman.
Dalam lakon ini kita diperlihatkan ada anak yang bersikap keras terhadap ayahnya dan ada anak yang taat pada sang ayah. Drupada bersikeras ingin menyerang Sukalima dengan mengirim Gandamana meskipun ayahnya tidak setuju dengan alasan tindakan Drupada sangat berbahaya. Sedangkan di sisi lain, Aswatama putra Durna, sifatnya sayang dan taat pada ayahnya. Durna pun sangat menyayangi anaknya itu. Lakon ini menyiratkan bahwa suatu masalah pasti ada jalan keluarnya, bahkan tidak akan terjadi jika tidak ada yang menyulut api atau mengadu domba. Kakak beradik (Garudogambirojo & Surodento) menyebabkan masalah besar karena menantang perang terhadap Kerajaan Pancala. Akibatnya, Durna yang merupakan guru kakak beradik itu terseret dalam masalah ini. Gandamana sangat marah terhadap Durna dan berangkatlah Ia dan pasukan Pancala ke Sukalima.
Konsep pementasan wayang menurut Saya sangat kreatif dan inovatif. Kegiatan dilaksanakan secara langsung (live stream) melalui kanal Youtube ISI Surakarta dan Prodi Seni Pedalangan ISI Surakarta. Namun penampilan wayangnya merupakan video rekaman yang sudah dilakukan terlebih dahulu sebelumnya. Kekurangannya yang sangat jelas adalah ada beberapa bagian tayangan yang terpotong. Sehingga ada bagian cerita yang terlompat/terpotong. Fungsi melompati/skip bagian cerita mungkin bisa berguna jika digunakan untuk melompati bagian yang tidak signifikan terhadap lakon/cerita. Seperti jeda yang sangat lama atau transisi ke setting lain yang memakan waktu lama. Untuk teknis pementasan terdapat catatan dari penulis. Tata pencahayaan menciptakan sisi sinematik dan menambah bumbu dramatik. Iringan musik gamelan terdengar merdu. Suara sang dalang jernih. Dari segi audio kualitasnya sudah sempurna. Aspek yang perlu dikembangkan lagi adalah kontinuitas cerita atau rekaman sehingga tidak ada bagian yang terlewat.