Apa Itu Fenomenologi?
Pengertian secara singkat dan penerapan metodenya untuk mengkaji film
Edmund Husserl (1859–1938) adalah seorang filsuf asal Jerman yang menggagas fenomenologi. Menurut sudut pandang fenomenologi, kita melihat dunia sesuai persepsi manusia, bukan sebagaimana adanya yang benar-benar terlihat sebagai fakta. Menurutnya juga lebih baik mementingkan sudut pandang manusia daripada berdebat mengenai apa yang paling benar.
Fenomena
Apa saja yang menampakkan diri dalam kesadaran manusia. Ada pemberian diri (self-givenness) dari objek kepada manusia. Kajian fenomenologis merupakan usaha untuk kembali kepada benda-benda (fenomena) itu sendiri. Dengan menyelidiki fenomena, kita juga mengenali diri kita sendiri sebagai penerima penyingkapan objek. Pergeseran fokus dalam fenomenologi: dunia sebagaimana adanya dunia sebagai dialami. Dalam fenomenologi itu tidaklah penting apakah ada objek ataupun tidak, namun yang terpenting adalah objek itu menampakkan diri dalam kesadaran kita.
Kontribusi fenomenologi yaitu adalah dalam menunjukkan peranan kesadaran manusia mendapatkan pengetahuan. Berikut ini adalah konsep-konsep dasar fenomenologi:
(1) Intensionalitas. Keterarahan kesadaran manusia pada objek eksternal (bukan intensi dalam arti bermaksud/bertujuan). Sadar selalu berarti sadar akan sesuatu. Kesadaran kita tidak pernah kosong. Tidak terikat pada objek-objek nyata saja, melainkan juga pada objek-objek yang memang tidak ada atau tidak mungkin ada;
(2) Noesis dan Noema. Noesis: korelat dari noema: proses pemikiran dan pemahaman mengenai objek tertentu. Noema mungkin sama, tetapi noesis dapat berbeda-beda. Noema: objek perhatian (intensional) dari kesadaran kita. Bukan keseluruhan objek, tetapi hanya sebuah aspeknya saja. Dapat dianalisis langsung tanpa penduli apakah objeknya benar-benar nyata atau tidak. Dapat membawa kita pada pengenalan lebih penuh mengenai objek sesungguhnya.
(3) Sikap Alamiah dan Epoche (Reduksi Transendental). Dunia eksternal diterima begitu saja sebagai sesuatu yang ada ‘di luar sana’, tanpa dipertanyakan lagi.
Fenomenologi untuk Mengamati Film
Pengamatan dalam film menggunakan metode fenomenologi bisa diaplikasikan pada banyak aspek di dalam film. Baik dari sisi naratif, mise-en-scene, maupun sinematiknya. Sebagai penonton, kita sangat sering melihat benda-benda yang ternyata memiliki nilai filosofis abstrak di baliknya. Contohnya sang karakter di dalam film menganggap jam tangan miliknya dapat memberi keberuntungan bagi dirinya. Kesadaran baku kita tentunya langsung mengarah kepada fungsi dari jam tangan sebagai penunjuk waktu. Namun dari sudut pandang fenomenologi, kita bisa juga menyimpulkan kalau benda yang dianggap penting oleh sang karakter hanya sebagai benda penghias atau barang artistik untuk kebutuhannya yang tidak memiliki korelasi dengan alur cerita.
Persepsi subjektif merupakan hal wajar yang dimiliki oleh manusia. Perbedaan penilaian terhadap film sudah menjadi hal yang biasa. Nilai yang saya pakai untuk mengamati film adalah apa korelasi sebuah benda terhadap alur cerita. Apa maknanya, dan mengapa menggunakan hal tersebut.